Langsung ke konten utama

Membaca Sosok Manusia Pohon dalam “Al Qur’an”

Kata ‘sejarah’ konon terserap dari kalimat “Syajarah” (Arab) yang bermakna pohon. Dalam mushaf, kata ini setidaknya terulang 25 kali yang kesemuanya menunjuk pada dua karakter pohon : Pertama; Pohon yang baik, kokoh batangnya serta ketinggian nya menjulang ke langit.



Daun-daunya mengembang seperti awan yang menjadikanya tempat berteduh bagi siapapun yang mendatanginya, tidak hanya manusia, tetapi juga burung-burung serta binatang melata. Semuanya hidup berdampingan dibawah naungan pohon kebaikan itu.


Akarnya seperti besi namun lentur. Cengkeramannya kuat menancap, menyatu dalam tanah sehingga tidak mudah roboh meskipun telah berusia ratusan tahun. Satunya lagi kebalikanya. Pohon yg buruk. Batangnya tegak namun miring karena hampir roboh. Hal ini dikarenakan akarnya yang tak lagi bertalian dengan tanah.


Walaupun pohon ini berpostur tinggi namun ketinggian nya tidak menjulang ke atas, tapi “ndoyong” kesamping yang berpotensi mengancam kelestarian tumbuhan maupun hewan yang hidup di kanan kirinya disaat pohon tersebut tumbang.


Dalam sejarah peradaban manusia kita bisa membaca, mana pohon-pohon pemikiran dan peninggalan yang telah roboh dan mana Pohon-pohon “peradaban” yang masih lestari, hidup, dan memberikan manfaat hingga hari ini.


Maka tidak aneh, jika pada ayat ke 7 surat Al Fatihah kita berdoa agar diberi kemampuan untuk “menginduk” pada orang-orang yang telah diberi nikmat yang mana nikmat tersebut masih bisa kita rasakan manfaatnya hingga detik anda membaca tulisan ini. 


Mereka lah “pohon-pohon raksasa” yang memiliki akar sejarah yang kuat serta menjulang tinggi kemanfaatan dan pengayomanya. Seperti awan di langit yang tak lelah menaungi bumi. 


Merekalah para Nabi, orang-orang suci, dan para pejuang yang rela menjadi tempat bernaung dan tempat bersandar setiap makhluk lemah dan membutuhkan pertolongan serta pengayoman. Nama mereka abadi karena mendapat jaminan dari yang maha kuasa.


اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ.


Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan Al dzikr (Al-Qur’an sebagai sistem tata kelola alam semesta) dan hanya Kamilah yang mampu merawat dan menjamin 

keberlangsunganya. (Al Hijr:9).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal-usul Kesenian Barongan Blora

Blora, Baladamedianusantara - Mendengar kesenian barong atau kesenian barongan tentu tak asing lagi di telingan kalian. Yaps, itu adalah salah satu kesenian yang sangat populer di Jawa Tengah, lebih-lebih kalian yang berada di kabupaten blora, kabupaten yang memiliki ciri khas barongan tersebut tentu memiliki jumlah seniman barongan yang cukup banyak. Seni barong merupakan sebuah kesenian yang sangat populer di kalangan masyarakat blora, tapi apakah kalian tahu bagaimana sejarahnya hingga bisa seperti yang kita nikmati sekarang? Istilah barongan sendiri merupakan topeng kepala yang dibuat menyerupai singo barong atau singa besar sebagai penguasa hutan angker dan sangat buas. Tokoh singo barong dalam cerita barongan disebut juga gembong Amijoyo yang berarti harimau besar yang bertenaga. Kesenian barongan biasanya ditampilkan dalam bentuk tarian kelompok yang menggambarkan keperkasaan gerak seekor singa raksasa. Oleh karena itu, peranan singo barong dalam pertunjukan sangat dominan. Adap...

Beberapa Dimensi Manusia dalam Al Qur’an

Alexis Carrel, seorang dokter peraih Nobel menulis sebuah buku berjudul “Man The Unknown” yang artinya manusia yang belum terdefinisikan atau belum dikenali hakikat nya.  Banyak buku sejenis yang membahas tentang siapa dan bagaimana sebenarnya manusia. Akan tetapi hasil penelitian mereka berujung pada perbedaan dan perdebatan yang belum tuntas ujung pangkal nya. Tidak hanya buku-buku bernuansa Barat yang penelitian nya tentang manusia menitikberatkan pada sesuatu yang empirik (bisa diindera), Al Qur’an juga mengupas panjang lebar tentang sosok yang misterius ini.  Dalam Al-Qur’an setidaknya disebutkan beberapa nama yang kesemuanya merujuk pada dimensi-dimensi rumit manusia. Manusia dalam Istilah Al Qur’an adalah Kalam Tuhan yang berfungsi sebagai petunjuk jalan dan penerang hidup. Setiap kata yang digunakan oleh kitab Pamungkas para Nabi ini selalu merujuk pada fitrah kesejatian dan fungsi kegunaan.  Artinya penjelasan Al Qur’an adalah realitas kesejatian wujud yang bisa ...

Mengenal 4 Elemen Inti Manusia : Api, Air, Tanah, Dan Udara

Manusia tidak akan bisa lepas dari empat unsur alam, yakni api, air, tanah dan udara. Setiap saat ia menghirup udara. Artinya ia mewarisi sifat dan watak udara atau angin, yang kadang kencang, kadang kering, kadang sejuk kadang panas. Memang, frekuensi atau ukuran udara tergantung pada kondisi yang melingkupi nya. Sebab udara tidak bekerja sendiri, tapi bertukar energi dengan api, air dan tanah. Kondisi udara di pegunungan tentu sangat berbeda dengan di perkotaan. Kehidupan Di pegunungan cenderung alami. Banyak pohon dan sungai yang belum banyak tercemari oleh polusi udara atau limbah pabrik. Hal ini membuat udara sebagai pemasok oksigen menjadi sangat fresh dan menyegarkan. Di tambah hewan ternak yang juga membantu perputaran siklus rantai makanan menjadi seimbang. Sedangkan diperkotaan, kondisi nya hampir terbalik. Imam Ghazali dalam kitab kimya sa’adah menggambarkan dengan sangat indah tentang perumpamaan jiwa dan tubuh Manusia sebagai sebuah kota. Pusat ‘pemerintahan’ berada di hat...