Peta keselarasan dan Wujud pergerakanya
Jika unsur api identik dengan simbol energi penggerak, maka air dan tanah adalah kendaraanya. Sebab Tanpa kedua unsur tersebut, “api kesadaran kita” menjadi nihil tanpa ruang ekspresi. Ia semacam “arwah gentayangan” yang hanya ada di sinetron-sinetron dan layar gadget. Tubuh manusia adalah “fermentasi” atau perasan dari kedua unsur material tersebut. Sedangkan unsur api dan angin adalah energi penggeraknya.
Dari manakah kita menyerap empat unsur tersebut? Dari makanan dan minum yang kita konsumsi. Nasi yang telah siap kita konsumsi sebenernya mengalami proses perjalanan kehidupan yang berliku. Mulai dari sebiji bibit, ia harus diendapkan dalam tanah.
Disana ia menyerap sari Pati tanah beserta unsur-unsur yang memengaruhi tanah tersebut. Setelah mulai tumbuh dipermukaan, ia menyerap dua Unsur semesta yang lain, yakni udara dan cahaya matahari. Setelah masak dan siap panen, bibit yang telah berubah nama menjadi padi itu beralih menjadi beras dan akhirnya menjadi nasi. Unsur air dan tanah adalah wujud dari ke-dirian kita yang bisa di lihat mata dan raba, sedangkan “api” dan “angin” merupakan unsur yang lebih lembut sehingga melampaui batas “cahaya” penglihatan manusia.
Dalam Al Qur’an Allah mengatakan :
Dan pada diri kalian, apakah kalian tidak mengambil pelajaran?. (Adzariyat : 21).
Pada ayat lain, secara lebih gamblang Tuhan mengatakan :
سنريهم آياتنا في الآفاق وفي أنفسهم
Akan kami tunjukkan bukti-bukti (kebenaran) kami di atas ufuq-ufuq (cakrawala) dan pada anfus mereka.
Imam al-Thabari dalam tafsirnya menjelaskan bahwa makna _afaaq_ adalah langit, matahari dan bintang gemintang. Sedangkan makna Anfus adalah jalan (lubang) keluarnya kotoran manusia, baik yang depan maupun belakang.
Petikan ayat dalam surat fushilat itu seakan menyiratkan segurat pesan bahwa antara benda langit yang hanya bisa di terawang dengan indera penglihatan (Dalam ayat terwakili oleh kata afaaq) dan benda-benda bumi yang bisa diraba ( anfus) terdapat hubungan erat. Yakni sama-sama menjadi media petunjuk Allah (ayat) bagi umat manusia.
Selain itu, al-ghazali dalam kitab Kimya Saadah juga mengutip sebuah riwayat masyhur yang mengatakan :
من عرف نفسه فقد عرف ربه
Barang siapa yang telah mengenal dirinya maka sungguh ia akan mengenali Rabb nya.
Kata “Rabb” tidak hanya bermakna “Tuhan” sebagaimana terjemahan yang selama ini kita kenal, akan tetapi “Rabb” dalam bahasa Arab bermakna pengelolaan, pengasuhan, pengendalian dan penyelarasan. Artinya, manusia seharusnya bisa meneladani keselarasan semesta dalam pengabdianya kepada Tuhan.
langit yang begitu tinggi menjulang, rela mengalirkan airnya untuk bumi. Begitu juga bumi yang rela di injak,di ludahi, bahkan di beraki, telah sekian juta tahun menjadi pusat penanaman, pertumbuhan, serta pembuahan yang hasilnya dinikmati oleh hewan dan manusia. Manusia adalah Khalifah Tuhan di alam semesta. Pada dirinya ada mandat yang harus ia jalankan sebagai makhluk paling sempurna. Nah, mandat itu adalah tetesan pengelolaan yang Tuhan anugrahkan padanya sebagai bekal pengembaraanya yang sementara di jagat raya ini.
Komentar
Posting Komentar